A. Konsep Manusia Sebagai AL-Basyar.
Pengertian dan Konsep Al-Basyar.
Kata Al-Basyar dipakai untuk menyebut semua makhluk Manusia
baik laki-laki maupun perempuan, Kata basyar adalah jamak dari kata basyarah
yang berarti permukaan kulit muka, wajah dan tubuh yang menjadi tempat
tumbuhnya rambut
Dengan memahami konsep manusia dari sudut pandang
Penciptanya, diharapkan dapat diambil manfaat yaitu munculnya kesadaran
terhadap kebenaran firman-firman Tuhan, yang pada gilirannya membentuk
pandangan teosentris.
Dalam Alquran, kata basyar (tanpa menggunakan alif-lam)
sebanyak 31 kali, al-basyar (dengan menggunakan alif-lam) sebanyak 5 kali dan
basyarain (tanpa alif-lam dalam bentuk dual) sebanyak 1 kali Dari semua
ayat tersebut, khususnya basyar dan al-basyar dapat diklasifikasikan menjadi 6
bagian, yaitu:
1. Menggambarkan Definisi Fisik.
Ada satu ayat yang menyebutkan basyar dalam pengertian kulit manusia, yaitu (Neraka Saqar) akan membakar kulit manusia/lawwahah li al-basyar.
Ada satu ayat yang menyebutkan basyar dalam pengertian kulit manusia, yaitu (Neraka Saqar) akan membakar kulit manusia/lawwahah li al-basyar.
“Tahukah kamu apakah (Neraka) Saqar itu ?, Saqar itu
tidak meninggalkan dan tidak membiarkan , Neraka Saqar adalah pembakar kulit
Manusia” (Q.S Al-Muddasir : 27-29)
2. Menyatakan Seorang Nabi adalah Basyar.
Ada 23 ayat yang menyatakan bahwa kata basyar dipakai oleh
Alquran yang berhubungan dengan dengan Nabi dan kenabian, dan 12 diantaranya
menyatakan bahwa seorang nabi adalah basyar, yaitu secara lahiriah mempunyai
ciri yang sama yaitu makan dan minum dari bahan yang sama. Antara lain
dinyatakan, bahwa para pemuka orang-orang yang kafir dan mendustakan akan
menemui hari akhirat: Orang ini tidak lain hanyalah manusia seperti kamu/basyar
mitslukum .
“Dan berkatalah pemuka-pemuka yang kafir di antara
kaumnya dan yang mendustakan akan menemui hari akhirat (kelak) dan yang telah
Kami mewahkan mereka dalam kehidupan di dunia(Orang) ini tidak lain hanyalah
manusia seperti kamu, dia makan dari apa yang kamu makan, dan meminum dari apa
yang kamu minum. Dan sesungguhnya jika kamu sekalian mentaati manusia yang
seperti kamu, niscaya bila demikian, kamu benar-benar (menjadi) orang-orang
yang merugi”
( Q.S Al Mu’minun : 33-34).
“Berkata rasul-rasul mereka:"Apakah ada
keragu-raguan terhadap Allah, Pencipta langit dan bumi? Dia menyeru kamu untuk
memberi ampunan kepadamu dari dosa-dosamu dan menangguhkan (siksaan)mu sampai
masa yang ditentukan?" Mereka berkata: "Kamu tidak lain hanyalah
manusia seperti kami juga. Kamu menghendaki untuk menghalang-halangi
(membelokkan) kami dari apa yang selalu disembah nenek moyang kami, karena itu
datangkanlah kepada kami, bukti yang nyata". (Q.S
Ibrahim( 14): 10-11)
Dan diselanjutnya (Q.S Al-Kahf (18): 110) (QS. Al-Anbiya
(21): 3),(QS. 23: 24) ,(Q.S 26: 154 & 186), (Q.S 36: 15), (Q.S 41: 6)
dan (Q.S11: 27).
3. Menyatakan tentang kenabian
Ayat yang menyatakan kata basyar dipakai oleh Alquran dalam
kaitannya dengan kenabian sebanyak 11 buah, antara lain: Tidak wajar bagi
seorang manusia (basyar) yang Allah berikan kepadanya al-Kitab, hikmah dan
kenabian, lalu ia berkata kepada manusia: “Hendaklah kamu menjadi
penyembah-penyembahku bukan penyembah Allah.
“Tidak wajar bagi seseorang manusia yang Allah berikan kepadanya Al Kitab, hikmah dan kenabian, lalu dia berkata kepada manusia: "Hendaklah kamu menjadi penyembah-penyembahku bukan penyembah Allah." Akan tetapi (dia berkata): "Hendaklah kamu menjadi orang-orang rabbani, karena kamu selalu mengajarkan Al Kitab dan disebabkan kamu tetap mempelajarinya” (QS. Ali-Imran (3): 79)
Dan diselanjutnya (Q.S Al An’aam (6): 91), (Q.S Asy Syuura (42): 51), (Q.S Al Muddatsir (74): 31), (Q.S Yusuf (12): 31) (Q.S Al Israa (17): 93-94), (Q.S Al Mu’minuun (23): 34) dan (Q.S Al Qamar (54): 24). al-Thabathaba’i (1972: 275)
Menafsirkan, tidak patut bagi seorang manusia (dalam hal ini Nabi) yang diberikan Tuhan karunia yang berlimpah, lalu memproklamirkan dirinya agar disembah, hanya karena ia diberikan al-Kitab, hikmah dan kenabian.
4. Menunjukkan Persentuhan Laki-laki
dan Perempuan
Ada 2 ayat yang menyebutkan kata basyar dalam kaitannya
dengan per-sentuhan antara laki-laki dan perempuan. Maryam berkata: “Bagaimana
mung-kin akan ada bagiku seorang anak laki-laki, sedang tidak pernah seorang
manusia (wa lam yamsasni basyar) pun menyentuhku, dan akan bukan pula seorang
pezina.
“Maryam berkata: "Bagaimana akan ada bagiku seorang
anak laki-laki, sedang tidak pernah seorang manusiapun menyentuhku dan aku
bukan (pula) seorang pezina. (Q.S Maryam (19): 20)
Maryam berkata: "Ya Tuhanku, betapa mungkin aku
mempunyai anak, padahal aku belum pernah disentuh oleh seorang
laki-lakipun." Allah berfirman (dengan perantaraan Jibril):
"Demikianlah Allah menciptakan apa yang dikehendaki-Nya. Apabila Allah
berkehendak menetapkan sesuatu, maka Allah hanya cukup berkata kepadanya: "Jadilah",
lalu jadilah dia.” (Q.S Ali Imran (3): 47)
5. Menggambarkan Manusia pada umumnya.
Alquran yang menggunakan kata basyar dalam pengertian manusia pada umumnya sebanyak 5 ayat, antara lain: “Ini tidak lain hanyalah perkataan manusia” (In hadza illa qawl al-basyar )
5. Menggambarkan Manusia pada umumnya.
Alquran yang menggunakan kata basyar dalam pengertian manusia pada umumnya sebanyak 5 ayat, antara lain: “Ini tidak lain hanyalah perkataan manusia” (In hadza illa qawl al-basyar )
“ini tidak lain hanyalah perkataan manusia. sebagai
ancaman bagi manusia.” (Q.S Al muddatsir : 25 dan 36)
“maka ia mengadakan tabir (yang melindunginya) dari
mereka; lalu Kami mengutus roh Kami kepadanya, maka ia menjelma di hadapannya
(dalam bentuk) manusia yang sempurna. Maka makan, minum dan bersenang hatilah
kamu. Jika kamu melihat seorang manusia, maka katakanlah: "Sesungguhnya
aku telah bernazar berpuasa untuk Tuhan Yang Maha Pemurah, maka aku tidak akan
berbicara dengan seorang manusiapun pada hari ini". (Q.S Maryam:
17 dan 26)
Kebanyakan mufassir tidak mengomentari lagi ayat ini karena
sudah sangat jelas kandungannya, namun al-Sayuthi dan al-Mahalli sedikit
memberikan penjelasan bahwa ini merupakan rekaman perkataan orang-orang kafir
dimana mereka mengatakan sesungguhnya Alquran itu hanya ajaran yang disampaikan
oleh manusia biasa. menambahkan, bahwa orang-orang kafir mengatakan Alquran itu
hanya dikutip dari perkataan orang lain (manusia biasa) saja, bukan kalam Allah
sebagaimana dakwaannya (Muhammad).
6. Menyatakan proses penciptaan dari tanah
Yang menyatakan arti basyar sebagai proses penciptaan manusia dari tanah ada 4 ayat, antara lain: Di antara tanda-tanda kekuasan-Nya ialah Dia menciptakan kamu dari tanah, kemudian tiba-tiba kamu (menjadi) manusia yang berkem-bang biak/basyar tantasyirun .
Yang menyatakan arti basyar sebagai proses penciptaan manusia dari tanah ada 4 ayat, antara lain: Di antara tanda-tanda kekuasan-Nya ialah Dia menciptakan kamu dari tanah, kemudian tiba-tiba kamu (menjadi) manusia yang berkem-bang biak/basyar tantasyirun .
“Tetapi orang-orang yang zalim, mengikuti hawa nafsunya
tanpa ilmu pengetahuan; maka siapakah yang akan menunjuki orang yang telah
disesatkan Allah? Dan tiadalah bagi mereka seorang penolongpun. (Q.S
Ar Ruum (30): 29)
“Ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman kepada malaikat:
"Sesungguhnya Aku akan menciptakan manusia dari tanah".
(Q.S Shaad (38): 71)
“Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu berfirman kepada para
malaikat: "Sesungguhnya Aku akan menciptakan seorang manusia dari tanah
liat kering (yang berasal) dari lumpur hitam yang diberi bentuk. (Q.S
Al Hijr (15): 28)
Dia menciptakan kamu dari tanah, dimaksud adalah basyar
(manusia), kemudian menjadi manusia yang terdiri dari daging dan darah yaitu
keturunannya yang tersebar di permukaan bumi (al-Naisaburi, 1994: 431)
7. Menunjukkan manusia akan menemui kematian.
Alquran yang menerangkan kata basyar dalam pengertian semua
manusia akan menemui kematian hanya 1 ayat, yaitu: Kami tidak menjadikan hidup
abadi bagi seorang manusia pun sebelum kamu (wa ma ja’alna li basyar min qablik
al-khuld), maka jikalau kamu (Muhammad) mati, apakah mereka akan kekal?
Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati.
“Kami tidak menjadikan hidup abadi bagi seorang
manusiapun sebelum kamu (Muhammad); maka jikalau kamu mati, apakah mereka akan
kekal ?. Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Kami akan menguji kamu
dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya). Dan
hanya kepada Kamilah kamu dikembalikan. (Q.S A Anbiyaa (21): 34-35)
Menafsirkan ayat ini, Kami tidak menjadikan hidup abadi bagi
seorang manusia pun, yaitu kekal di dunia selama-lamanya sebelum kamu
(Muhammad), maka jika kamu mati apakah mereka akan kekal? Mereka berangan-angan
mati lalu hidup lagi setelah itu. Maka Allah menyangkal anggapan itu dengan
ungkapan ini dan menjelaskan mereka pun menuju kehancuran, artinya Ia telah
menetapkan tidak akan kekal (hidup) seorang manusia pun di dunia ini. Itulah
bukti keperkasaan Allah Swt....
B. Konsep Manusia sebagai Al-Insan
Kata al-ins atau al-insan disebut dalam Al-Qur’an sebanyak
65 kali, kata al-ins senantiasa dipertentangkan dengan al-jinn (jin), yakni
sejenis makhluk halus yang tidak bersifat materi yang hidup diluar alam
manusia, dan tidak tunduk kepada hukum alam kehidupan manusia sebagaimana
disebutkan oleh Allah dalam Al-Qur’an sebagai makhluk diciptakan dari api.
Makhluk yang membangkang tatkala diperintahkan untuk bersujud kepada Adam.
Kata al-insan bukan berarti basyar dan bukan juga dalam
pengertian al-ins. Dalam pemakaian Al-Qur’an, mengandung pengertian makhluk
mukallaf (yang dibebani tanggung jawab) mengemban amanah Allah untuk menjadi
khalifah dalam rangka memakmurkan bumi. Al-insan sebagaimana disebutkan dalam
surat Al-Alaq adalah mengandung pengertian sebagai makhluk yang diciptakan dari
segumpal darah, makhluk yang mulia sebab memiliki ilmu, dan makhluk yang
melampaui batas karena telah merasa puas dengan apa yang ia miliki.
Dalam beberapa surat lain dalam Al-Qur’an, manusia
digambarkan sebagai:
• Makhuk yang suka membantah (QS. An-Nahl’ : 4)
Artinya: “Dia telah menciptakan manusia dari mani,
tiba-tiba ia menjadi pembantah yang nyata.” (QS. An- Nahl’ : 4)
• Makhluk yang lemah dan hina (QS. A-Nisa’ :
28)
Artinya: “Allah hendak memberikan keringanan
kepadamu, dan manusia dijadikan bersifat lemah. “ (QS. A-Nisa’ : 28)
• Makhluk yang mudah dipengaruhi oleh sesuatu
sehingga lupa kepada Tuhannya (QS. Al-Infithar: 6-8)
Artinya: “Hai manusia, apakah yang telah
memperdayakan kamu (berbuat durhaka) terhadap Tuhanmu Yang Maha Pemurah.” (QS.
Al-infithar : 6)
Artinya: “dalam bentuk apa saja yang Dia kehendaki,
Dia menyusun tubuhmu.” (QS. Al-infithar : 8)
• Makhuk yang melampaui batas dan melupakan
penciptanya (QS. Al-lsra’ : 67).
Artinya: “Dan apabila kamu ditimpa bahaya di lautan,
niscaya hilanglah siapa yang kamu seru kecuali Dia, Maka tatkala Dia
menyelamatkan kamu ke daratan, kamu berpaling. Dan manusia itu adalah selalu
tidak berterima kasih.” (QS. Al-Isra : 67)
Namun disamping itu, sebagaimana disebutkan diatas bahwa
manusia adalah makhluk yang diciptakan untuk memakmurkan bumi, meskipun
pernyataan Allah tersebut mendapatkan sanggahan dari para malaikat yang
mengatakan bahwa manusia adalah makhuk yang akan banyak menumpahkan darah dan membuat
kerusakan dimuka bumi.
Allah SWT telah memberikan keistimewaan kepada manusia
dibandingkan dengan makhluk ciptaan-Nya yang lain, sebagaimana Allah SWT telah
menciptakan Adam dari tanah liat, yang kemudian di-tiupkan ruh kepadanya,
lantas Allah memberikan kemampuan untuk berbicara (al-bayan) yang menggugah
hati dan perasaan, sehingga manusia dalam arti basyar berubah menjadi manusia
yang berarti insan yang sanggup menerima Al-Qur’an sebagai petunjuk. Yang
semuanya itu mengandung resiko dengan adanya ujian-ujian yang akan menimpanya,
baik itu bersifat positif atau negatif.
C. Kesimpulan Konsep Manusia Sebagai Al-basyar dan
Al-insan Dalam Al-quran.
Kata insan dan basyar yang dipakai dalam Alquran untuk
sebutan manusia, bukan berarti menunjukkan adanya dua jenis manusia, akan tetapi
kata insan dan ba-syar pada dasarnya menunjuk pada manusia yang tunggal dengan
bi-dimensionalnya (dua dimensi), dimensi insan pada kapasitas akalnya dan
dimensi basyar pada ka-pasitas tindakannya.
Oleh karenanya, dalam kehidupan sehari-hari, kedua sisi
gagasan – pemikiran dan kesadaran – dan tindakan hampir tidak bisa dipisahkan,
dan jika karena sesuatu hal gagasan dan tindakan itu dipisahkan, maka terlihat
manusia berada dalam konflik kepribadian. Kepribadian yang berada dalam konflik
tersebut, seringkali disebut pribadi yang tak seimbang atau berkepribadian
ganda, sehingga menimbulkan tindakan yang tidak bertanggung jawab dan sia-sia.
Kata basyar dipakai dalam Alquran sangat terbatas, antara
lain untuk menunjukkan manusia pada umumnya seperti yang tampak pada fisiknya
yang bergantung sepenuhnya pada makan dan minum dari apa yang ada di bumi.
Dengan melihat konteks penggunaan kata basyar dalam Alquran,
maka dapat disimpulkan bahwa sebetulnya kata basyar menunjukkan pengertian
manusia dalam hubungannya dengan perbuatan yang melibatkan tubuhnya, yang
tampak pada luarnya, yang bergerak dan berjalan-jalan.
Manusia secara fisik tumbuh kuat karena makan dan minum dari
apa yang ada di bumi ini, sehingga manusia mempunyai kekuatan untuk
merealisasikan kehendak dan keinginannya. Maka bila diteliti dari arah ini,
sebetulnya manusia merupakan bagian dari alam materi, dan oleh karena itu ia
tunduk dan patuh pada kehendak dan hukum-hukum alam atau sunnatullah.
Semoga Bermanfaat