Teringat Peristiwa 1998 dimana pada waktu itu Indonesia mengalami krisis yang begitu menyengsarakan rakyatnya, sesungguhnya krisis pada waktu itu tidak terlepas dari nuansa politik yang memanas. Sehingga kebutuhan akan pelunasan hutang luar negeri bernominal Dollar yang telah melonjak menyebabkan Uang rupiah terdepresiasi dan menyebabkan kejatuhan bangsa Indonesia. Sesungguhnya symptom/ gejala pada waktu itu telah menyebabkan Indonesia mengalihkan utangnya dari luar negeri ke luar negeri. Namun tanpa disadari ternyata dari itu semua Negara kita telah tergadaikan dengan tunduknya presiden pada waktu itu Soeharto kepada perjanjian IMF yang sampai saat ini terasa mencekik bangsa.
Berbeda dengan krisis yang dialami oleh bangsa ini sekarang ini, walaupun sadar atau tidak nuansa politik memang memanas, dengan analogy yang dibuat-buat terkesan sama seperti kasus bank Bali pada era-98. Bank century mendapatkan kucuran dana 6,7 triliun yang menyebabkan bangsa ini mendapatkan banyak sekali agenda-agenda di DPR dimana para wakil rakyat mendapatkan sorotan langsung dari masyarakat. Inti dari semua itu adalah bahwa kasus krisis bangsa pada saat ini (2008 )memiliki indikasi penting dalam hal penyelesaiannya yang memang harus di apresiate Karena memang tidak berdampak sistemik.
Pertama: pada saat krisis 1998 bangsa ini diserang oleh arus gelombang politik yang begitu besar, ada aliran besar kerusuhan paska aksi mahasiswa turun kejalan, sektor rill benar-benar tidak berfungsi, makanan hari itu merupakan harta yang paling berharga. Sedangkan pada saat ini krisis tidak sama sekali menyerang sektor rill yang sesungguhnya merupakan ujung tombak bangsa ini. Masyarakat kita masih bisa berdagang dan bertransaksi dengan nyaman, walaupun sebagian dalih yang nyatanya paling ampuh sehingga tidak mampu menarik dalang dari krisis pada saat ini, yaitu aspek psikologi, dimana dengan dalih yang tidak dapat diukur dari analisis statistik ini seakan dana 6,7 trilliun sah di gelontorkan.
Kedua : pada saat krisis 1998 seperti ulasan diatas berhutang cukup besar kepada Bangsa asing, dimana Individu dapat dengan bebas meminjam uang kepada asing akibat mudahnya perizinan, bahkan pada waktu itu suku bunga di Indonesia mencapai tingkat suku bunga tertinggi dalam persaingan usaha yaitu 50% lebih, suku bunga yang dikeluarkan oleh Bank Exim( sekarang bank Mandiri). Krisis sekarang berbeda jauh dimana pada saat ini persaingan suku bunga tidak sesengit pada waktu itu, bangsa kita tidak perlu berkutat untuk dapat membayar bunga luar negeri, obligasi berupa ORI, SBI,dll yang nyata-nyata menyebabkan bangsa ini harus disibukkan membayar bunga belum jatuh tempo. Ada pula asing sudah masuk mengendalikan investasinya di Indonesia sehingga mereka akan terkena dampak seandainya hal ini berlaku sistemik.
Terakhir: walaupun aspek ini tidak dianggap begitu penting, namun memiliki andil besar dalam menyelesaikan krisis ekonomi yang dibesar-besarkan ini, masyarakat yang saat ini sudah terngiang dengan kejadian yang begitu menyulitkan bangsa tidak dapat di sulut oleh arahan politik seperti aksi masa dan lain-lain. Malah sepertinya ada oknum tertentu yang bermain untuk dapat mengalihkan berita terpenting ini, sehingga berita kasus BLBI dapat segera di tutup secara tak terduga., berbeda sekarang bangsa ini dapat terus mengakses kasus Century tanpa mau dialihkan oleh berita-berita di Televisi.
Ketiga analisis diatas merupakan subjektif penulis yang harus segera dikritisi, akan tetapi kenyataanya memang pergerakan sektor rill sekarang ini tidak terpengaruh oleh gejolak-gejolak politik sehingga nyatalah bangsa ini terselamatkan oleh pergerakan 99% sektor rill, seorang ibu masih bisa menjual kuenya dipasar, masyarakat tidak tertarik melakukan rush besar-besaran karena menang Bank Century hanya bisa diakses oleh pemilik modal-modal besar, yang dikumpulkan secara massif mirip kasus Exim yang memberikan bunga diatas rata-rata standar pemerintah. Ekonomi Rakyat ini lah yang seharusnya ditingkatkan dimana keterkaitan antara sektor perbankan dengan para peminjam modal harus diberdayakan selaku mitra bukan seperti lintah yang hanya menghisap darah dikala binatang lain berusaha mencari makanan.
Bisnis merupakan salah satu dari sekian jalan untuk memenuhi kebutuhan manusia. Artinya Allah SWT telah memberikan arahan bagi hamba – Nya untuk melakukan bisnis. Dalam Islam sendiri terdapat aturan maupun etika dalam melakukan bisnis. Kita sudah diberikan contoh riil oleh Rasulullah SAW.bagaimana beliau melakukan bisnis dengan cara berdagang. Bahkan hal tersebut telah dilakukannya dari kecil ketika diajak pamannya Abu Thalib untuk berdagang ke Syam. Dan dimana ketika seorang saudagar wanita kaya yakni Siti Khadijah r.a mempercayai beliau untuk menjual dagangannya kepasar maka, Rasulullah pun melaksanakannya dengan kejujuran dan kesungguhan.
Dalam pandangan Islam terdapat aturan ataupun etika yang harus dimiliki oleh setiap orang yang mau melakukan bisnis apalagi dia adalah seorang mukmin. Seorang mukmin dalam berbisnis jangan sampai melakukan tindakan – tindakan yang bertentangan dengan syariat. Rasulullah SAW.banyak memberikan petunjuk mengenai etika bisnis, di antaranya ialah: Pertama, bahwa prinsip esensial dalam bisnis adalah kejujuran. Dalam doktrin Islam, kejujuran merupakan syarat fundamental dalam kegiatan bisnis. Rasulullah sangat intens menganjurkan kejujuran dalam aktivitas bisnis. Dalam tataran ini, beliau bersabda: “Tidak dibenarkan seorang muslim menjual satu jualan yang mempunyai aib, kecuali ia menjelaskan aibnya” (H.R. Al-Quzwani). Kedua, dalam Islam tidak hanya mengejar keuntungan saja (profit oriented) tapi, juga harus memperhatikan sikap ta’awun (tolong – menolong) diantara kita sebagai implikasi sosial bisnis. Ketiga, tidak melakukan sumpah palsu. Nabi Muhammad SAW sangat intens melarang para pelaku bisnis melakukan sumpah palsu dalam melakukan transaksi bisnis. Dalam sebuah hadis riwayat Bukhari, Nabi bersabda, “Dengan melakukan sumpah palsu, barang-barang memang terjual, tetapi hasilnya tidak berkah”. Dalam hadis riwayat Abu Dzar, Rasulullah saw mengancam dengan azab yang pedih bagi orang yang bersumpah palsu dalam bisnis, dan Allah tidak akan memperdulikannya nanti di hari kiamat (H.R. Muslim). Keempat, bisnis dilakukan dengan suka rela, tanpa paksaan. Firman Allah, “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan cara yang bathil, kecuali dengan jalan bisnis yang berlaku dengan suka sama suka di antara kamu” (QS. 4: 29). Kelima, bahwa bisnis yang dilaksanakan bersih dari unsur riba. Firman Allah, “Hai orang-orang yang beriman, tinggalkanlah sisa-sisa riba jika kamu beriman (QS. al-Baqarah:: 278) dan masih banyak lagi etika ataupun petunjuk bisnis dalam Islam. Semua yang disebutkan diatas harus benar – benar dilakukan agar apa yang kita lakukan mendapat ridho- Nya.
Selain kita berhubungan dengan manusia yang lain (hablum minannas) kita juga harus menjalin hubungan dengan Sang Khaliq (hablum minallah), sehingga dalam setiap tindakan kita merasa ada yang mengawasi yakni Allah SWT. Keyakinan ini harus menjadi bagian integral dari setiap muslim dalam berbisnis. Hal ini karena bisnis dalam Islam tidak semata – mata orientasi dunia tetapi harus punya visi akhirat yang jelas. Dengan kerangka pemikiran seperti itulah maka persoalan etika dalam bisnis menjadi sorotan penting dalam ekonomi Islam. Dalam ekonomi Islam, bisnis dan etika tidak harus dipandang sebagai dua hal yang bertentangan sebab, bisnis yang merupakan simbol dari urusan duniawi juga dianggap sebagai bagian integral dari hal-hal yang bersifat investasi akhirat. Artinya, jika oreientasi bisnis dan upaya investasi akhirat (diniatkan sebagai ibadah dan merupakan totalitas kepatuhan kepada Allah SWT), maka bisnis dengan sendirinya harus sejalan dengan kaidah-kaidah moral yang berlandaskan keimanan kepada akhirat. Bahkan dalam Islam, pengertian bisnis itu sendiri tidak dibatasi urusan dunia, tetapi mencakup pula seluruh kegiatan kita didunia yang dibisniskan (diniatkan sebagai ibadah) untuk meraih keuntungan atau pahala akhirat.
Jika sekiranya kaum muslimin mengetahui dan memahami apa saja yang harus ada pada pribadi pembisnis yang sesuai dengan dustur yang telah ada ( Al- Qur’an dan Al- hadits), maka niscaya akan tercipta suasana yang harmonis serta akan terjalin ukhuwwah Islamiyah diantara kita. Dan hanya kepada –Nya lah semua urusan dikembalikan. Yaa Illaahi Anta maqshudi wa ridhooka mathlubi. Wallahua’lam.
Inilah our “Brand-New Perspective about Islamic Banks”. Bank yang ramah lingkungan…
Pernahkah sebelumnya terpikirkan dalam benak Anda bahwa terdapat hubungan yang demikian erat antara Perbankan Syariah dan pelestarian lingkungan? Pelestarian lingkungan hidup, akhir-akhir ini, demikian gencar diperbincangkan bersamaan dengan gencarnya
pembicaraan tentang fenomena Global Warming. Amerika Serikat, melalui mantan wakil presidennya, Al Gore, memimpin sebuah kampanye yang diberi judul “perang melawan pemanasan global”. Negara-negara di dunia, utamanya bagi mereka yang memilki kadar emisi demikian besar, dituntut untuk menurunkan tingkat emisi tersebut. Bisa kita lihat di berbagai media, bahwa semakin hari, masyarakat dunia makin sadar untuk bersikap ramah terhadap lingkungan. Meski tidak terrtulis, tapi sebenarnya mereka telah secara aklamasi setuju untuk melakukan “perang terhadap pengrusakan lingkungan”. Lalu apa kaitan hal ini dengan Perbankan Syariah?
Tidak bisa dipungkiri bahwa Perbankan Syariah tidak bisa dilepaskan dari ideologi islam itu sendiri, yang mana agama ini mengajarkan kita untuk berbuat baik, tidak hanya terhadap ALLAH atau masyrakat. Namun lebih daripada itu, Islam mengajarkan kepada setiap Muslim untuk berlaku baik pula kepada lingkungan sekitar, baik lingkungan biotik maupun abiotik. Hal ini secara jelas diterangkan dalam beberapa ayat dalam Al Qur’an.
Q.S. Al Baqarah: 11“Dan apabila dikatakan kepada mereka: Janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi, mereka menjawab: “Sesungguhnya kami orang-orang yang mengadakan perbaikan.”
Al A’Raaf: 56“Dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi, sesudah (Allah) memperbaikinya dan berdoalah kepada-Nya dengan rasa takut (tidak akan diterima) dan harapan (akan dikabulkan). Sesungguhnya rahmat Allah amat dekat kepada orang-orang yang berbuat baik.”
Dua ayat di atas hanyalah beberapa dari banyak ayat lain dalam Qur’an yang mengajarkan kepada setiap Muslim untuk ramah terhadap lingkungan (environment friendly attitude). Pun, seperti yang telah disampaikan di awal, Perbankan Syariah yang tidak bisa lepas dari ideologi Islam, tentu juga harus mempunyai “environment- friendly attitude.”
Inilah yang sebenarnya perlu diketahui oleh kita semua bahwasanya Perbankan Syariah juga berpihak dan mendeklarasikan “perang melawan pemanasan global’. Dan ini berarti bahwa tindakan atau aktivitas apa pun dari Perbankan Syariah, idealnya, adalah ramah terhadap lingkungan. Perbankan Syariah pastinya menghindari melakukan pembiayaan terhadap proyek-proyek yang merusak lingkungan. Perbankan Syariah tentunya menghindari proyek-proyek yang dinilai berpotensi untuk melakukan kerusakan alam atau mengganggu kesehatan lingkungan. Seperti itulah, idealnya, Perbankan Syariah.Nah, jika memang Perbankan Syariah itu disepakati sebagai Invironment Friendly Banks seperti yang tertulis di judul, lalu apa impact-nya bagi kita semua dan masyarakat dunia pada umunya? Idealnya, bagi mereka yang mendeklarasikan diri untuk “berperang melawan pemanasan global”, yakni Al Gore dan rekan-rekan, dan juga kita semua masyarakat Indonesia, maka hendaknya melirik dan kemudian beralih ke Perbankan Syariah. Karena, jalannya operasi Perbankan Syariah tidak lepas dari unsur akhlak, moral, etika, dsb, yang diinspirasi oleh nilai moral Al Quran (Islam).
Selain itu, satu hal yang juga idealnya turut menjadi impact dari paradigma yang baru ini adalah, sebagaimana masyarakat berpendidikan (educated society) rela dengan sepenuh hati membayar dengan harga yang lebih mahal pada kertas atau bahan pembungkus produk yang recycle-able dan environment- friendly, maka masyarakat, khususnya bagi mereka yang berpendidikan, seharusnya rela juga untuk tetap loyal pada Perbankan Syariah pada saat tingkat bagi hasil atau nisbah Bank Syariah (pada suatu waktu) harus lebih kecil daripada bunga bank konvensional. Atau, hendaknya, dengan semangat yang sama, masyarakat yang berpendidikan idealnya harus lebih cenderung untuk memilih produk Bank Syariah, sekalipun dengan harga premium, mengingat produk Bank Syariah pastinya ramah lingkungan dan punya nilai lebih.
Semangat kecintaan terhadap lingkungan, yang disponsori oleh Al Gore, mantan wakil presiden Amerika ini, pastinya membuat kita semua, khususnya mereka yang berpendidikan, makin sadar untuk beralih ke Perbankan yang Enviroment-Friendly , mau membayar premium jika perlu, dan tidak lagi peduli, bahkan menutup mata dengan “naik turunnya tingkat bunga” dari perbankan konvensional. Karena, kita tahu bahwa “Environment- Friendly Banks are The islamic Banks”.
Inilah our “Brand-New Perspective about Islamic Banks”. Bank yang ramah lingkungan.
Referensi:
- penulis terinspirasi oleh pemkiran Bapak Ali Sakti, junior researcher of Bank of Indonesia, saat mengisi salah satu kuliah umum di FEUI.
semoga bermanfaat,,,,,,,
Indonesia merupakan Negara berpenduduk Islam terbesar di dunia dengan pengaruh kejayaan kerajaan Islam lampau yang masih sangat membekas dalam ingatan masyarakatnya, hal ini mempermudah masuknya sejumlah gerakan revivalis Islam transnasional yang bahkan sebagiannya telah membesar sampai ke pelosok-pelosok di nusantara, di satu sisi cukup menggembirakan namun di sisi lain di khawatirkan mampu memecah belah umat menjadi klan-klan yang masing-masing bersikukuh dengan kebenarannya. Maka untuk itulah tulisan ini sengaja akan mencoba membedah secara ringkas konsep gerakan Islam di mulai dari landasan, metode merubah masyarakatnya dan faktor-faktor yang melatarbelakangi kegagalan gerakan tersebut, sehingga nantinya kita tidak
salah dalam menentukan kutlah (kelompok) mana yang akan diikuti.
Definisi Gerakan (Islam)Latar belakang terbentuknya gerakan Islam adalah demi memenuhi seruan Allah SWT di dalam Al-Qur’an, yaitu: Dan hendaklah ada segolongan diantara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebaikan dan mencegah kepada kemungkaran. Dan merekalah orang-orang yang beruntung.(QS Ali Imran: 104)Secara garis besar gerakan adalah sekelompok atau suatu kumpulan orang yang mempunyai suatu target tertentu, mereka berusaha bergerak serta berupaya untuk mencapainya. Dengan demikian sebuah kelompok dapat disebut sebagai sebuah gerakan apabila.1. Mempunyai landasan tertentu.2. Mempunyai tujuan atau target yang telah ditetapkan.3. Mempunyai metode untuk meraih target.Syarat-syarat diatas adalah umum bagi setiap kelompok atau gerakan, masing-masing dari gerakan atau kelompok yang dibentuk pasti memiliki ciri-ciri tersebut. Sebagai contoh sebuah gerakan sosial seperti Panti Asuhan akan mempunyai landasan tersendiri, dengan target membantu anak yatim piatu dan anak-anak dari keluarga tidak mampu dengan metode tertentu yang telah dirumuskan, misalnya dengan mencari sumbangan atau sponsor yang dapat mendompleng dana. Demikian pula dalam kasus yang lebih spesifik seperti gerakan mahasiswa, sebenarnya tidak ada perbedaan di dalam bentuk perumusan baik itu menyangkut landasan, target dan metode antara gerakan mahasiswa atau non mahasiswa. Namun terdapat beberapa ciri khusus apabila gerakan tersebut mengatasnamakan gerakan Islam, yaitu:1. Terdiri dari orang-orang Islam.2. Menggunakan Islam sebagai landasan dalam merumuskan target dan metode.3. Mempunyai target terlaksananya syariat Islam.4. Mempunyai metode yang sesuai dengan Islam, yaitu harus mengikuti langkah-langkah yang pernah ditempuh oleh Rasullullah SAW dalam berdakwah untuk menegakkan Islam di muka bumi.
Target dari Gerakan IslamMunculnya sebuah gerakan Islam sangat dilatarbelakangi oleh kondisi dimana dia berada, tidak mungkin sebuah gerakan muncul secara tiba-tiba tanpa sebuah faktor yang menginginkan dia ada. sebuah kelompok gerakan merupakan bentuk kerja besar bagi perubahan yang akan diterapkan pada masyarakat dimana ia terbentuk. Untuk itu terdapat tiga kategori gerakan Islam berdasarkan kemampuannya dalam menganalisa masyarakat :1. Gerakan yang memperhatikan kepentingan individu.Target semacam ini banyak dianut oleh perkumpulan tarekat dan sufi, bagi kelompok ini kemenangan dan keselamatan di akhirat adalah target utamanya. Dari sinilah mereka mulai melakukan aktifitas-aktifitas rohani untuk mencapai target tersebut, salah satunya dengan ber-uzlah atau mengasingkan diri dari masyarakat.2. Gerakan yang berkonsentrasi pada perbaikan aqidah dan akhlak individu.Gerakan yang mempunyai target seperti ini sebenarnya menginginkan untuk memperbaiki masyarakat. Gerakan ini berpendapat bahwa masyarakat adalah kumpulan individu yang didalamnya terjadi interaksi. Dengan demikian baik buruk suatu masyarakat akan sangat ditentukan oleh baik buruknya individu yang membentuk masyarakat tersebut. Atas dasar pandangan ini, gerakan tersebut menjadikan individu sebagai dasar utama untuk perubahan masyarakat.3. Gerakan dengan target memperbaiki masyarakat.Gerakan ini berpandangan bahwa masyarakat adalah suatu kumpulan individu yang didalamnya terdapat suatu interaksi. Di dalam interaksi itu terdapat suatu aturan yang sama yang mengaturnya, mereka juga disatukan oleh perasaan dan pemikiran yang sama terhadap suatu nilai ukur tentang kemaslahatan dan kemudharatan. Rusaknya masyarakat dapat terlihat dari interaksi yang terjadi di dalam masyarakat tersebut. Hal ini juga mengindikasikan rusaknya perasaan, pemikiran serta peraturan yang mengatur interaksi tersebut sehingga merubah cara pandang terhadap hal yang dianggap maslahat atau mudharat. Untuk itu dalam memperbaiki masyarakat haruslah diperbaiki perasaan, pemikiran serta peraturan yang mengatur interaksi tersebut.
Dari ketiga kategori gerakan tersebut, manakah yang paling shahih dalam pandangan Islam? Dalam surat Ali Imran ayat 104, Allah SWT telah menyebutkan bahwa aktifitas suatu jamaah seharusnya adalah amar ma’ruf nahi mungkar. Kemungkaran yang terbesar saat ini adalah tidak dilaksanakannya hukum Islam secara kaffah, dan kekaffahan hukum Islam hanya dapat diwujudkan dengan adanya institusi Negara yang menjalankan dan melindungi penerapan Syariat Islam. Dengan demikian keberadaan Kelompok yang berusaha mewujudkan pemerintahan Islam itu wajib sebagaimana wajibnya Pemerintahan Islam.
Metode untuk Meraih TargetSebagaimana mulianya keinginan untuk melakukan perubahan pada masyarakat, maka jalan yang ditempuh pun harus merupakan jalan yang pernah dicontohkan oleh Rasullullah (manhaj rasul) sebagaimana ketika beliau dan para sahabat membangun masyarakat Islam. Dengan demikian metode ataupun strategi yang harus dilakukan meliputi:1. Tahap Pembinaan dan Pengkaderan (Marhalah Tatsqif)Tahapan ini beliau lakukan secara tersembunyi (siriyyah), mengingat pada saat itu Makkah dikuasai oleh kaum kafir musyrik yang belum siap menerima dakwah. Tahapan ini dimulai sejak beliau SAW diutus menjadi Rasul setelah Firman Allah SWT:Hai orang yang berkemul (berselimut), Bangunlah, lalu berilah peringatan!(QS Al Muddatstsir: 1-2)2. Tahap Interaksi dengan Masyarakat (Marhalah Tafaul wal kiffah)Tahapan ini dilakukan setelah tahap pengkaderan, secara garis besar dibagi 2:a. Shiraul Fikri (Pertarungan Pemikiran)Adalah menjelaskan kepada masyarakat bahwa sistem yang ada saat ini tidak sesuai dengan Islam, hal ini dilakukan dengan mengungkapkan kelemahan, kerusakan dan kepalsuan dari sistem kufur tersebut dan berusaha memberikan pemikiran Islam yang jernih sebagai gantinya.b. Kiffah As Siyasi (Perjuangan Politik)Melakukan kritik terhadap kebijakan penguasa yang tidak sesuai dengan Islam, tidak membela kemaslahatan kaum muslimin serta membongkar berbagai makar yang akan menghalang-halangi tegaknya Islam kembali, baik antara pemimpin maupun dengan Negara lain. Dengan begitu rakyat mengetahui dengan jelas hakikat para penguasa mereka.3. Tahap Penerapan Syariat Islam (Tathbiq Al Ahkaam Al Islam)Ditandai dengan berdirinya Daulah Islamiyah di Madinah, yang berfungsi sebagai pelaksana hukum Islam dan sebagai pengemban risalah Islam ke seluruh penjuru dunia melaui dakwah dan jihad.
Faktor-Faktor yang Menyebabkan Kegagalan Gerakan IslamTerdapat beberapa faktor yang menyebabkan kegagalan gerakan Islam dalam membangkitkan umat, hal ini didasarkan pada kenyataan:1. Gerakan-gerakan tersebut berdiri diatas fikrah (pemikiran) yang masih umum tanpa batasan yang jelas, sehingga muncul kekaburan atau pembiasan. Lebih dari itu fikrah tersebut tidak cemerlang, tidak jernih, dan tidak murni.2. Gerakan-gerakan tersebut tidak mengetahui thariqah (metode) bagi penerapan fikrahnya. Bahkan fikrahnya diterapkan dengan cara-cara yang menunjukkan ketidaksiapan gerakan tersebut. Lebih dari itu, metode (thariqah) gerakan-gerakan tersebut telah diliputi kekaburan dan ketidakjelasan.3. Gerakan-gerakan tersebut bertumpu pada orang-orang yang belum sepenuhnya mempunyai kesadaran dan niat yang benar, bahkan mereka hanyalah orang-orang yang berbekal keinginan dan semangat saja.4. Orang-orang yang menjalankan tugas gerakan-gerakan tersebut tidak mempunyai ikatan yang benar. Ikatan yang ada hanya struktur organisasi itu sendiri, disertai dengan sejumlah deskripsi mengenai tugas-tugas organisasi, dan sejumlah slogan-slogan organisasi.Gerakan Islam mulai sekarang harus menunjukkan jati dirinya sebagai kekuatan yang layak diperhitungkan, bukan hanya sekedar protes-protes yang bersifat emosional namun juga memiliki konsep mumpuni. Semoga harapan akan perubahan ke arah yang lebih baik tidak hanya berhenti sebagai slogan yang tanpa makna. Wallahu A’lam.
Assalamu'alaikum wa rahmatullaahi wa barakatuuh...
~`Sepuluh Ciri Orang Yang Mencintai & Dicintai Allah Subhanahu wa Ta'ala`~
Al-hamdu Lillaahi Rabbil-'Aalamiin.
Asyhadu anLaa Ilaaha Illaallaah wa asyhadu ana Muhammadan 'abduhu wa rusuluh shallallahu 'alaihi wa 'alaa aali wa shohbihi wasallam tasliyma, Amma ba'du.
“Jika Allah mencintai seseorang hamba, maka Jibril berseru, “Sesungguhnya Allah mencintai Fulan, maka cintailah dia!” Maka para penghuni langit mencintainya, kemudian dijadikan orang-orang yang menyambutnya di muka bumi.” [Riwayat Bukhari dan Muslim].
Sahabat saudara-saudariku fillah..
Mahabbah kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala mempunyai sepuluh ciri-ciri. Orang yang melakukannya berarti telah mencintai Allah Subhanahu wa Ta'ala dengan sebenar-benarnya, bukan hanya mengaku-ngaku saja.
Sepuluh hal tersebut adalah:
1. Mencintai firman-Nya yang diturunkan berupa wahyu (Al-Qur'an) kepada rasul-Nya, Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam. Ia rindu membaca firman-Nya, mentadabburinya dan mengakrabinya. Ia memperbaiki hati dengan ajaran-ajarannya, melapangkan jiwanya, terjaga dengannya di waktu malam dan pekat, mengamalkan tuntutan-tuntutannya dan hukum-hukumnya dalam seluruh aspek kehidupan.
Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:
"Orang-orang yang telah Kami berikan Al Kitab kepadanya, mereka membacanya dengan bacaan yang sebenarnya, mereka itu beriman kepadanya. Dan barangsiapa yang ingkar kepadanya, maka mereka itulah orang-orang yang rugi." (QS. Al-Baqarah [2] : 121).
"Dan Al-Quran itu adalah kitab yang Kami turunkan yang diberkati, maka ikutilah dia dan bertakwalah agar kamu diberi rahmat." (QS. Al-An'am [6] : 155).
"Alif, laam raa. (Ini adalah) Kitab yang Kami turunkan kepadamu supaya kamu mengeluarkan manusia dari gelap gulita kepada cahaya terang benderang dengan izin Tuhan mereka, (yaitu) menuju jalan Tuhan Yang Maha Perkasa lagi Maha Terpuji." (QS. Ibrahim [14] : 1).
2. Mencintai rasul-Nya, Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam dan mengikuti jejaknya, memperbanyak shalawat kepadanya, dan dijadikan teladan.
Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:
"Dan barangsiapa yang mentaati Allah dan Rasul (Nya), mereka itu akan bersama-sama dengan orang-orang yang dianugerahi nikmat oleh Allah, yaitu: Nabi-nabi, para shiddiiqiin, orang-orang yang mati syahid, dan orang-orang saleh. Dan mereka itulah teman yang sebaik-baiknya.
Para shiddiqin ialah: orang-orang yang amat teguh kepercayaannya kepada kebenaran Rasul, dan inilah orang-orang yang dianugerahi nikmat sebagaimana yang tersebut dalam surat Al Faatihah ayat 7.
"Sesungguhnya pada diri Rasulullah itu terdapat suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut nama Allah." (QS. Al- Ahzab: 21).
Kecintaan kepada Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam juga dapat dibuktikan dengan melaksanakan sunnah beliau tanpa merasa susah atau terpaksa. Melaksanakan segala ajaran Beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam tanpa merasa takut atau ragu-ragu.
3. Berusaha keras menjauhi segala larangan Allah Subhanahu wa Ta'ala, marah ketika melihat salah satu syiar Islam dihinakan oleh para ahli bid’ah dan perusak islam, berjuang semaksimal mungkin dengan hati, lidah dan tangan untuk menolong syari’ah Allah Subhanahu wa Ta'ala dan memperkokoh agama Allah Subhanahu wa Ta'ala di muka bumi.
Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:
"(Ingatlah), ketika Tuhanmu mewahyukan kepada para malaikat: "Sesungguhnya Aku bersama kamu, maka teguhkan (pendirian) orang-orang yang telah beriman." Kelak akan Aku jatuhkan rasa ketakutan ke dalam hati orang-orang kafir, maka penggallah kepala mereka dan pancunglah tiap-tiap ujung jari mereka." (QS. Al-Anfaal [8] : 12).
4. Mengikuti serta berusaha keras menjadi Wali Allah Subhanahu wa Ta'ala.
Allah Subhanahu wa Ta'ala memberikan gambaran tentang para wali-Nya dalam salah satu Firman-Nya:
"Ingatlah, sesungguhnya wali-wali Allah itu, tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak pula mereka bersedih hati. Yaitu orang-orang yang beriman dan mereka selalu bertakwa." (QS. Yunus, 62-63).
Demikian pula firman-Nya:
"Sesungguhnya penolong kamu hanyalah Allah, Rasul- Nya, dan orang-orang yang beriman, yang mendirikan shalat dan menunaikan zakat, seraya mereka tunduk kepada Allah. Dan barangsiapa mengambil Allah, Rasul-Nya dan orang-orang yang beriman menjadi penolongnya, maka sesungguhnya pengikut agama Allah itulah yang menang." (QS. Al-Maidah, 55-56).
5. Menyuruh kepada kebajikan dan mencegah dari kemungkaran.
Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:
"Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan ummat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang yang beruntung." (QS. Ali Imran [3]: 104).
6. Bergaul bersama orang-orang shaleh dan menjaga hubungan dengan sesama Muslim.
Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:
"Orang-orang beriman itu sesungguhnya bersaudara. Sebab itu damaikanlah (perbaikilah hubungan) antara kedua saudaramu itu dan takutlah terhadap Allah, supaya kamu mendapat rahmat." (QS. Al-Hujurat [49]: 10).
Kemudian Firman-Nya: "Dan berpegang teguhlah kamu semuanya kepada tali agama Allah, dan jangan bercerai berai..." (QS. Ali Imran [3]: 103).
7. Mendekatkan diri kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala dengan ibadah-ibadah sunnah dan berusaha menggapai ridha Allah Subhanahu wa Ta'ala dengan amal shaleh, baik berupa shalat, puasa, sedekah haji, umrah, membaca Alquran, berdzikir, berbuat kebajikan, silaturahmi dan amalan-amalan lainnya.
8. Bersiap sedia bertemu dengan Allah ’Azza wa Jalla, berbekal diri untuk akhirat, dan mempersiapkan bekal untuk perjalanan yang dinanti-nanti tersebut.
Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:
"... Berbekallah, dan sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah takwa dan bertakwalah kepada-Ku hai orang-orang yang berakal." (Al-Baqarah [2] : 197).
9. Tobat yang ikhlas dan sungguh-sungguh, meninggalkan maksiat, tidak mengakrabi orang-orang yang lalai yang gemar menyimpang dan berdosa kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala. Akrab dengan mereka sungguh merupakan demam tak kunjung habis, racun yang ganas dan penyakit berkepanjangan.
Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:
"Kecuali orang-orang yang taubat dan mengadakan perbaikan dan berpegang teguh pada (agama) Allah dan tulus ikhlas (mengerjakan) agama mereka karena Allah. Maka mereka itu adalah bersama-sama orang yang beriman dan kelak Allah akan memberikan kepada orang-orang yang beriman pahala yang besar." (QS. An Nisaa' [4]: 145).
"Teman-teman akrab pada hari itu sebagiannya menjadi musuh bagi sebagian yang lain kecuali orang- orang yang bertakwa." (QS. Az Zukhruf [43]: 67).
10. Mencita-citakan syahid di jalan Allah Subhanahu wa Ta'ala, menanti-nanti datangnya saat tersebut dimana jiwa dipersembahkan dengan ikhlas kehadapan Allah Subhanahu wa Ta'ala dengan jiwa, harta dan anak kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala.
Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:
"Sesungguhnya Allah telah membeli dari orang-orang mukmin diri dan harta mereka dengan memberikan surga untuk mereka. Mereka berperang pada jalan Allah; lalu mereka membunuh atau terbunuh. (Itu telah menjadi) janji yang benar dari Allah di dalam Taurat, Injil dan Al Quran. Dan siapakah yang lebih menepati janjinya (selain) daripada Allah? Maka bergembiralah dengan jual beli yang telah kamu lakukan itu, dan itulah kemenangan yang besar." (QS. At Taubah [9]: 111).
* * * * *
Semoga tulisan ini dapat membuka pintu hati kita yang telah lama terkunci ...
#BERSIHKAN HATI MENUJU RIDHA ILAHI#
